Kamis, 03 November 2011

makna kata

RAGAM MAKNA
MAKNA KONSTRUKSI, MAKNA KONTEKSTUAL DAN MAKNA KONSEPTUAL
oleh:
Colin Widi Widawati
K1208024
RAGAM MAKNA
MAKNA KONSTRUKSI, MAKNA KONTEKSTUAL DAN MAKNA KONSEPTUAL
A. Pendahuluan
Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna bahasa, perkembangan dan perubahannya. Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata) (Fatimah, 1993: 5). Dalam kajian semantik, terdapat berbagai aspek makna yang dapat dianalisis, seperti permasalahan tentang makna, ragam makna, relasi makna, perubahan makna dan penamaan. Permasalahan tersebut akan muncul ketika seseorang mulai untuk mempelajarinya lebih dalam. Dalam hal objek yang dibahas adalah tentang ragam makna yang jenis-jenisnya begitu banyak.
Sarwiji (2008: 68) mengungkapkan berbagai macam makna yang ada dalam ragam makna diantaranya makna leksikal, gramatikal, struktural, konstruksi, kontekstual, konseptual, kognitif, deskriptif, ideasional, referensial, asositif, pusat, luas, sempit, intensional, ekstensional, denotatif, konotatif, hakikat, afektif, emotif, klokatif, idiomatikal, kiasan, stilistika, proposisional, piktoial, gereflekter, tematis, kata dan makna istilah. Banyak orang yang belum paham benar dengan perbedaan ragam-ragam makna. Perlu penjelasan yang lebih rinci agar masyarakat dapat mengetahui perbedaan dan penggunaan makna dalam bahasa Indonesia.
Dalam makalah ini akan diperjelas apa yang dimaksud dengan makna konstruksi, makna kontekstual, dan makna konseptual. Tujuannya adalah agar  masyarakat dapat mengetahui jelas perbedaan-perbedaan dari makna-makna tersebut. Sehingga, masyarakat pun akhirnya tahu penggunaan dan mampu mengidentifikasi dalam pengajaran bahasa Indonesia termasuk dalam golongan makna manakah sebuah kajian kebahasan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Permasalahan
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa sebenarnya arti makna konstruksi?
2. Apakah hakikat dari makna kontekstual?
3. Apakah yang dimaksud dengan makna konseptual dan padanannya?
C. Pembahasan
1. Makna Konstruksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, konstruksi adalah susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata. Menurut Fatimah (1999:12) makna konstruksi dijelaskan dalam berikut ini.
Makna Konstruksi (bhs. Inggris construction meaning) adalah makna yang terdapat dalam konstruksi, mis., makna milik yang diungkapkan dalam urutan kata di bahasa Indonesia. Di samping itu, makna milik dapat diungkapkan melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaannya.
Menurut Sarwiji (2008: 71) yang dimaksud dengan makna konstruksi (construction meaning) adalah makna yang terdapat dalam konstruksi kebahasaan. Jadi, makna konstruksi dapat diartikan sebagai makna yang berhubungan dengan kalimat atau kelompok kata yang ada didalam sebuah kata dalam kajian kebahasaan.
Seperti yang dicontohkan oleh Fatimah (1999:12), makna milik merupakan makna kontruksi. Seperti pada kata telponnya, rumahmu, gaunku, dan kemeja ayah. Pada morfem yang dicetak miring adalah salah satu contoh penggunaan makna konstruksi. Biasanya makna konstruksi pada makna milik dinyatakan dengan urutan leksem atau menggunakan akhiran kepunyaan, seperti akhiran -nya, -ku, -mu dan lain-lain.
2. Makna Kontekstual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, yang dimaksud konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna. Menurut Susilo yang dimaksud dengan konteks adalah segenap informasi yang berada disekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya (Preston, 1984:12).
Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya (2008:72). Dalam buku linguistik umum Chaer mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks.  Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut (1994:290).
Dari beberapa uraian diatas maksud dari makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan. Misalnya, penggunaan makna kontekstual adalah terdapat pada kalimat berikut.
a.       Kaki adik terluka karena menginjak pecahan kaca.
b.      Nenek mencari kayu bakar di kaki gunung.
c.       Pensilku terjepit di kaki meja.
d.      Jempol kakinya bernanah karena luka infeksi.
Penggunaan kata kaki pada kalimat diatas, bila ditilik pada konteks kalimatnya memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (a), kata kaki berarti ‘alat gerak bagian bawah pada tubuh makhluk hidup’. Sedangkan pada kalimat (b), kata kaki disana memiliki arti ‘bagian bawah dari sebuah tempat’. Untuk kalimat (c), kata kaki merupakan ‘bagian bawah dari sebuah benda’. Berbeda dengan kalimat (d), kata kaki disana memiliki makna ‘bagian dari alat gerak bagian bawah makhluk hidup’. Kata kaki pada hakikatnya, mengandung maksud bagian terbawah dari sebuah objek. Tetapi, dalam penggunaa kata tersebut juga harus disesuaikan dengan konteks, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengartian kata kaki.
3. Makna Konseptual
a. Makna Konseptual
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengunkapkan yang dimaksud dengan konsep adalah rancangan; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konseptual diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan konsep. Chaer juga menuliskan dalam bukunya makna konseptual yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun (1994: 293).
Dapat dikatakan pula bahwa, makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual juga disebut dengan makna yang terdapat dalam kamus. Contoh dari makna konseptual adalah kata ‘ibu’ yakni ‘manusia berjenis kelamin perempuan dan telah dewasa’.
Makna konseptual sebuah leksem dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah atau dikurangi unsurnya (Sarwiji, 2008:73). Contohnya pada kata atau leksem demokrasi. Leksem tersebut dapat diperluas unsurnya menjadi demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila, maka makna konseptual tersebut akan berubah.
b. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Denotatif
Sarwiji (2008:73) juga menggambarkan bahwa makna konseptual bisa disebut makna denotatif, yaitu makna kata yang masih merujuk pada acuan dasarnya sesuai dengan konvensi bersama. Makna denotatif sendiri merupakan makna yang lugas, dasar dan apa adanya. Chaer mengartikan makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif mengacu makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem (1994: 292).
Jadi, makna denotatif adalah makna yang terkandung dalam sebuah kata atau leksem yang diartikan secara lugas, polos, asli, apa adanya, sebenarnya dan masih mengacu pada satu sumber atau konvensi bersama. Dengan begitu makna denotatif merupakan makna dasar. Lawan makna denotatif adalah makna konotatif, yang lebih mengandung nilai rasa emotif dalam penggunaannya.
Contoh makna denotatif sebenarnya sama dengan makna konseptual tadi. Namun, untuk lebih jelasnya yang termasuk contoh makna denotatif adalah ‘bunga’ diartikan sebagai ‘bagian tumbuhan yang digunakan sebagai alat reproduksi atau berkembang biak’.
c. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Referensial
Dalam blognya Susilo mengungkapkan juga, bahwa makna konseptual sama dengan makna denotatif dan referensial. Sedangkan makna denotatif sama artinya dengan makna konseptual.
Makna refensial adalah makna sebuah kata atau leksem kalau ada refernsnya, atau acuannya. Jadi, sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya atau acuannya (Dwi, 2008). Referens merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Setaningyan mencontohkan kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
Referensi menunjuk hubungan antara elemen-elemen linguistik dan dunia pengalaman di luar bahasa (Sarwiji, 2008:75). Sehingga harus ada acuannya di dalam dunia nyata ini. Contoh dari makna referensial ini sama dengan makna konseptual dan makna denotatif, karena artinya pun sama, yaitu pada kata ‘pensil’ yang berarti ‘alat yang digunakan untuk menulis dan dapat dihapus dengan karet penghapus’.
d. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Leksikal
Makna Konseptual sama artinya dengan makna denotatif. Makna Denotatif adalah makna asli atau sebenarnya yang dimiliki sebuah kata, sehingga makna denotatif sama dengan makna leksikal (Rini Eka, 2008). Makna leksikal adalah makna leksem atau kata yang diartikan ketika tidak dipengaruhi konteks atau saat leksem tersebut berdiri sendiri.
Makna leksikal merupakan kata yang bersifat dasar, hubungan gramatika dan belum mengalami konotasi yang mengacu pada sebuah lambang kebahasaan. Makna leksikal adalah makna yang bersifat lugas dan merupakan makna yang sebenar-benarnya. Dalam makna ini, sebuah kata masih murni dan belum menyiratkan makna-makna lain. Makna leksikal juga lebih dikenal dengan makna yang berada dalam kamus dan mengacu pada makna yang disepakati bersama.
Sama halnya dengan makna-makna sebelumnya yaitu, makna konseptual, makna denotatif, dan makna leksikal, makna leksikal memiliki contoh kata yang berdiri sendiri. Contoh tersebut adalah ‘buaya’ yang berarti ‘binatang melata karnivora purba yang hidup di air dan memiliki sisik tajam’. Arti kata itu berlaku pada kalimat berikut ‘Adik melihat penangkapan buaya di pinggir sungai’. Tidak berlaku pada kalimat berikut ‘Lelaki itu terkenal dengan sebutan lelaki buaya dikalangan wanita”. Pada kalimat kedua, kata buaya bukan lagi sebagai makna leksikal, konseptual, denotatif maupun makna referensial.
Dari beberapa uraian diatas mengandung maksud bahwa makna konseptual adalah makna yang sebenarnya, asli, polos, lugas, tidak tergantung pada konteks, masih merujuk pada acuan dasar sebuah kata. Makna konseptual secara gampang dijelaskan sebagai makna yang ada didalam kamus. Makna konseptual juga berarti makna denotatif, makna referensial, dan makna leksikal.
D. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat dari makna konstruksi adalah makna yang berhubungan dengan kalimat atau kelompok kata yang ada didalam sebuah kata dalam kajian kebahasaan.
Untuk makna kontekstual merupakan makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut.
Sedangkan makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual sama artinya dengan makna denotatif, makna referensial, dan makna gramatikal.
2. Saran
Pendalaman sebuah ragam makna sangat penting dalam proses pemahaman bahasa, terutama bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia tahu tentang makna kebahasaan secara lebih jelas dan gamblang. Sehingga, masyarakat tidak asing dan mampu membedakan dan memilah-milah ragam makna tersebut.
Untuk itu, penulis menyarankan agar masyarakat Indonesia mau mencintai dan mempelajari bahasa Indonesia secara mendalam sebagai rasa patriotisme terhadap bangsa. Mau membaca dan mau mempelajari kajian bahasa Indonesia terutama pada kajian semantik atau ilmu makna. Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia bisa mengidentifikasi ragam makna dalam bahasa Indonesia dan padanaannya. Terutama mampu memahami makna konstruksi, makna kontekstual dan makna konseptual.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1993. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 1 Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Eresco.
___________________. 1999. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama.
Dwi, Wakhyu. 2008. http://pgsdunnes2008.wordpress.com/2008/10/23/wakhyu-dwi_1402408077_bab-7/ diakses pada 14 Oktober 2009 pukul 21.14 WIB
Eka, Rini. 2008. http://pgsdunnes2008.wordpress.com/ diakses pada 14 Oktober 2009 pukul 21.14 WIB
Setyaningyan. 2008. http://pgsdunnes.blogspot.com diakses pada 14 Oktober 2009 pukul  20.28 WIB.
Setyawan, Adi Susilo. 2009. http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2009/04/12/tataran-linguistik-semantik/ diakses pada 14 Oktober 2009 pukul 21.07 WIB
Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia Dalam Konteks. Jakarta: Depdikbud.
Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar