Kata, Frasa, dan Klausa
Bila kita melihat tata tingkat atau
hirarki dalam bahasa, maka urutan itu dari yang terkecil sampai yang
paling luas beserta bidang ilmunya masing-masing adalah:
Bidang Ilmu Tataran
Fonologi Fon/fonem
Suku kata
Morfologi Morfem
Kata
Sintaksis Frasa
Klausa
Kalimat
Wacana Alinea
Bagian (sejumlah alinea)
Anak bab
Bab
Karangan yang utuh
Semua unsur di atas disebut unsur segmental, yaitu unsur-unsur yang dapat dibagi-bagi menjadi bagian atau segmen-segmen yang lebih kecil. Di samping unsur segmental terdapat juga unsur suprasegmenta,
yang kehadirannya tergantung dari unsur-unsur segmental. Unsur
suprasegmental mulai hadir dalam tataran kata sampai wacana: nada,
tekanan keras, panjang, dan intonasi.
Dengan demikian kata
merupakan suatu unsur yang dibicarakan dalam morfologi, sebaliknya
frasa dan klausa berdasarkan strukturnya termasuk dalam sintaksis.
Frasa
adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu dapat menimbulkan suatu makna
baru yang sebelumnya tidak ada. Misalnya dalam frasa rumah ayah muncul makna baru yang menyatakan milik, dalam frasa rumah makan terdapat pengertian baru ‘untuk', sedangkan frasa obat nyamuk terdapat makna baru ‘untuk memberantas'.
Sebaliknya klausa
adalah suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang
mengandung hubungan fungsional, yang dalam tatabahasa lama dikenal
dengan pengertian subyek, predikat, obyek, dan keterangan-keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung satu subyek, satu predikat, dan secara fakultatif satu obyek; dalam hal-hal tertentu klausa terdiri dari satu predikat dan boleh dengan keterangan (bentuk impersonal). Misalnya:
- Saya menyanyikan sebuah lagu.
- Adik membaca buku.
- Anak itu menangis.
- Ia sudah bangun.
- Diberitahukan kepada umum.
- Demikian diceriterakan.
- Sementara adik menyanyikan sebuah lagu, saya membaca buku.
- Ia makan, karena (ia) lapar.
Konstruksi nomor 1 sampai dengan 6
membentuk satu klausa, dan sekaligus sebuah kalimat. Sebaliknya
konstruksi nonor 7 dan 8 merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua
klausa.
Sementara itu, jika kita mendengar orang mengucapkan:
- “Maling!” “Pergi!” “Keluar!”
- “Rumah ayah.” sebagai jawaban atas pertanyaan, “Rumah siapa itu?”
- “Karena lapar.” Sebagai jawaban atas pertanyaan, “Mengapa kamu malas bekerja?”
Semua konstruksi di atas diterima juga
sebagai kalimat, walaupun contoh-contoh dalam nomor 9 hanya terdiri dari
satu kata, sedangkan nomor 10 dan 11 terdiri dari frasa.
Jika demikian, sebuah kata, sebuah frasa,
atau sebuah klasa dapat menjadi sebuah kalimat. Tetapi di mana letak
perbedaannya? Kita menyebutnya sebagai kata, frasa, atau klausa, semata-mata berdasarkan unsur segmentalnya. Sebaliknya unsur kata, frasa, dan klausa dapat dijadikan kalimat jika diberikan kepadanya unsur suprasegmental—dalam hal ini intonasi.
Jadi: Kata + intonasi > kalimat
Frasa + intonasi > kalimat
Klausa + intonasi > kalimat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar